Sabtu, 08 April 2017
Sabtu, 01 April 2017
pohon trembesu
Pohon Trembesi (Ki Hujan) Serap 28 Ton CO2

Akhir-akhir ini pemerintah, dalam rangka gerakan one man one tree
menggalakkan penanaman pohon Trembesi (Ki Hujan) di seluruh wilayah
Indonesia karena diyakini dari satu batang Trembesi dewasa mampu
menyerap 28 ton karbondioksida (CO2) pertahunnya. Bahkan di Istana
Negara, terdapat 2 batang pohon Trembesi yang ditanam oleh presiden
pertama RI, Ir. Soekarno yang masih terpelihara dengan baik hingga kini.
Pohon Trembesi (Albizia saman)
disebut juga sebagai Pohon Hujan atau Ki Hujan lantaran air yang sering
menetes dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat.
Di beberapa daerah di Indonesia tanaman pohon ini sering disebut
sebagai Kayu Ambon (Melayu), Trembesi, Munggur, Punggur, Meh (Jawa), Ki Hujan (Sunda).
Dalam bahasa Inggris pohon ini mempunyai beberapa nama seperti, East Indian Walnut, Rain Tree, Saman Tree, Acacia Preta, dan False Powder Puff. Di beberapa negara Pohon Trembesi ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India), Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba), Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis)
Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari
Meksiko, Peru dan Brazil namun sekarang telah tersebar ke seluruh daerah
beriklim tropis termasuk ke Indonesia.
Ciri-ciri Pohon Trembesi. Pohon Trembesi
(Ki Hujan) mempunyai batang yang besar, bulat dan tinggi antara 10-20
meter. Permukaan batangnya beralur, kasar dan berwarna coklat
kehitam-hitaman.

Bunga Trembesi berwarna merah kekuningan.
Buahnya berwarna hitam berbentuk polong dengan panjang antara 30-40 cm.
Dalam buah terdapat beberapa biji yang keras berbentuk lonjong dengan
panjang sekitar 5 mm berwarna coklat kehitaman.
Pemanfaatan Pohon Trembesi. Pohon Trembesi (Albizia saman)
banyak ditanam di pinggir jalan dan pekarangan yang luas sebagai pohon
peneduh. Oleh Perum Perhutani, Pohon Trembesi banyak ditanam sebagai
peneduh di Tempat Penimbunan Kayu (TPK).
Tajuknya yang lebar dan daunnya yang
lebat ditambah dengan jaringan akarnya yang luas sehingga mampu menyerap
air dengan maksimal, pohon ini dipercaya mampu memberikan kontribusi
dalam menanggulangi pencemaran udara
dan ancaman pemanasan global. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Dr. Ir. Endes N. Dahlan, Dosen Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor, satu batang Pohon Trembesi mampu menyerap 28.442 kg
karbondioksida (CO2) setiap tahunnya.

Sayangnya pohon ini mempunyai jaringan
akar yang besar dan luas sehingga sering kali merusak bangunan di
sekitarnya. Selain itu tajuknya yang lebar dan daunnya yang rimbun
sering kali menghambat pertumbuhan pepohonan lain yang berada di
bawahnya.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Fabales; Famili: Fabaceae; Upafamili: Mimosoideae; Genus: Albizia; Spesies: Albizia saman; Nama binomial: Albizia saman (Jacq.) Merr.
bulian
Nama lokal: Bulian
Nama ilmiah: Eusideroxylon Zwageri
Status: Vulnerable
Distribusi:Jenis pohon ini dapat ditemukan di Indonesia, Brunei, Sabah, Sarawak dan Philipina.
Habitat:Pohon ini dapat tumbuh pada hutan primer dan sekunder, hingga ketinggian 500m.
Ekologi: Pohon Bulian merupakan jenis pohon yang berkanopi. Distribusinyadapat tersebar atau berkelompok. dapat tumbuh dengan baik pada tanah tipe kering dan liat. Jika pohon ini dibalak , proses regenerasinya sangat lambat.
Ancaman: Pohon Bulian merupakan salah satu kayu yang sangat berat dan awet didunia, sehingga pohon ini telah tereksploitasi secara berlebihan. Jenis ini juga terancam karena sulitnya untuk dikembangbiakkan dan rendahnya regenerasi.
Di Harapan Rainforest:Pohon Bulian telah berhasil dikembangkan dan anak pohonnyatelah ditanam diberbagai plot sebagai bagiandari proses restorasi.
Untuk informasi selengkapnya, silahkan lihat dilink berikut: IUCN Red list
Ulin atau disebut juga dengan bulian atau kayu besi adalah pohon berkayu dan merupakan tanaman khas Kalimantan. Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan. Ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan.
Ulin
termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan
diameter sampai 120 cm . Pohon ini tumbuh pada dataran rendah sampai
ketinggian 400 m. Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas
permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau
mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di
habitat rawa-rawa.Kayu Ulin juga tahan terhadap perubahan suhu,
kelembaban, dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat
dan keras. Pohon ulin agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi
jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ulin
terdapat bagian yang berlobang.
Proses pemuliaan alami di hutan bekas tebangan umumnya kurang berjalan
dengan baik. Perkecambahan biji Ulin membutuhkan waktu cukup lama
sekitar 6-12 bulan dengan persentase keberhasilan relatif rendah,
produksi buah tiap pohon umumnya juga sedikit. Penyebaran permudaan
alam secara umum cenderung mengelompok. Ulin tumbuh di dataran rendah
primer dan hutan sekunder sampai dengan ketinggian 500m. Biji ulin
lebih suka ditiriskan baik tanah, tanah liat berpasir ke tanah liat,
kadang-kadang batu kapur. Hal ini umumnya ditemukan di sepanjang sungai
dan bukit-bukit yang berdekatan. Hal ini membutuhkan rata-rata curah
hujan tahunan 2500-4000 mm.
Di Kalimantan, kayu ulin sudah di pakai sebagai bahan utama untuk
membuat rumah, khususnya dikalangan suku Dayak. Kayu ulin yang bagus
untuk dijadikan bahan baku rumah ialah kayu ulin yang sudah tua.
Semakin tua umur kayu ulin, semakin keras kayunya.
Saat ini kayu ulin sudah langka. Hal ini disebabkan oleh lambatnya
pertumbuhan, tingkat keberhasilan perkecambahan yang kecil, serta
pembalakan hutan liar. Dikhawatirkan jika tidak segera dilestarikan,
kayu ulin akan punah.
Salah satu ciri khas tumbuhan
Kalimantan adalah Kayu Ulin nya. Dahulu penduduk asli maupun pendatang,
baik yang tinggal di pingiran hutan maupun tinggal di atas air dengan
rumah panggungnya , memanfaatkan kayu ulin sebagai bagian utama dari
tiang, lantai rumah, pagar, Apatok2 tanah, atap sirap dsb. Kayu ulin
mempunyai keistimewaan yang khas yaitu selain keras, berat, juga tidak
lapuk kena air bahkan justru lebih tahan lama. Ulin termasuk diantara
kayu yang cukup tahan akan serangan rayap. Ulin juga hidup di sebagian
hutan pulau Sumatera. Warnanya dari mulai coklat sampai ke hitam2an.
Dari sisi kelemahan nya adalah dapat retak2 bila terkena suhu panas yang
lama.
Seiring
perjalanan waktu, maka kayu ulin sekarang ini sudah cukup sulit di
dapat. Exploitasi penebangan kayu yang kurang terkontrol dimasa lalu,
serta disebabkan pula adanya kebakaran hutan, membuat populasi pohon
ulin menyusut drastis. Sebagian kayu ulin yang ada di toko kayu bahan
bangunan berasal dari pohon ulin yang usianya relatif muda, Padahal
untuk menyemai s/d pohon ulin siap di tebang membutuhkan waktu puluhan
tahun. Entahlah kalau teknologi pembudi-dayaan tumbuhan telah maju pesat
sehingga tidak butuh waktu lama, seperti pohon jati yang sekarang ini
sudah ada beberapa varian seperti jati super, jati Salomon dsb.
Sejauh
ini sepertinya belum banyak kemajuan dalam rekayasa pembudidayaan
pohon ulin agar cepat tumbuh sebagai pohon bernilai tinggi. tidak
seperti pohon jati yang kini ada varietas Jati Super yang konon sudah
dapat di manfaatkan dengan waktu tanam sekitar dari 5 – 10 tahun saja.
Namun Dep Hut bukannya tidak merintis kearah pembudi-dayaan Ulin. di
sebagian daerah Kalimantan sudah ada usaha untuk pembudidayaan pohon
Ulin. Salah satu pohon ulin terbesar di Dunia yang masih hidup berada
di Taman Nasional Kutai +/- 40 Km dari Bontang dengan diameter +/- 2.7
Meter. Sayangnya pohon ini pernah patah dan sudah berlubang di
tengahnya. Namun pohon tetap dijadikan monument hidup dari keberadaan
pohon ulin, khususnya di Kalimantan. Dengan berkurangnya pasokan kayu
ulin di pasaran maka ternyata juga menggeser penggunaan atau fungsi
ulin dari sebagai bahan material bangunan, kearah yang menghasilkan
nilai jual lebih tinggi seperti untuk pembuatan mebel2 dan ukiran2
serta souvenir khas motif dayak. Salah satu patokan tinggi rendahnya
mebel atau karya ukir dari ulin adalah tingkat kerumitan motif, usia
kayu dan lebar papan ulin yang digunakan. Semakin lebar papan ulin
secara utuh, menunjukan semakin tua usia kayu tsb. dan otomatis semakin
mahal pula harganya. Kisaran harga mulai dari sekitar 4 juta s/d
Puluhan juta tergantung barang nya. Hal itu pula yang ternyata 7 tahun
terakhir mulai diminati oleh sebagian peminat mebel2 kayu bermotif
tradisional. Berbeda dengan ukiran2 dari kayu Jati, maka rata-rata
ketebalan papan kayu ulin lebih tebal dari kayu jati dalam hal
pembuatan misalnya peti berukir, mebel, tempat tidur, bingkai cermin
dsb. Perkembangan kebutuhan mebel ukiran kayu dari Ulin membuat mata
pencaharian tersendiri bagi pencari ulin di hutan sebagia pemasok
bengkel mebel. Dalam kelompok kecil mereka masuk jauh kedalam hutan
untuk menebang ulin berdasarkan pesanan. Mereka juga menggunakan Kerbau
sebagai alat untuk menarik balok Ulin. Biasanya mereka juga memotong2
ulin didalam hutan sesuai pesanan.
Dahulu
mereka memotong ulin menjadi balok2 kayu ukuran 10X10, 5X10, dan papan
ulin dengan rata2 panjangnya 4 Meter untuk kebutuhan bangunan, namun
kini untuk kebutuhan Pengerajin mebel/ukiran Ulin mereka sepertinya
selektif dengan mencari pohon ulin berukuran besar dan dipotong2 menjadi
papan ukuran 2 meter X lebar batang dengan ketebalan hampir 4 inci.
Bisa dibayangkan papan ulin utuh dengan ukuran panjang 1.5 Meter dan
lebar 1 meter serta ketebalan 4 Inci membutuhkan sekitar 8 orang untuk
mengangkatnya. Kegiatan penebangan ulin tsb. bisa jadi Ilegal, namun
sejauh ini bengkel2 mebel ukiran ulin belum ada satu pun yang bahan
baku nya say adengan di sita sama aparat. Ulin memang sangat keras
,padat dan berat dan cenderung tenggelam bila dimasukan kedam air.
Sekarang ini bukan saja pengrajin mebel lokal yang sangat berminat
mengembangkan kerajinan mebel ulin, tapi pengerajin dari Bali pun sudah
mulai menaruh minatnya akan kayu ulin untuk mendapatkan papan2 ataupun
bonggol akar ulin untuk disulap menjadi barang seni berkwalitas
tinggi. bila dibanding jati, maka kayu ulin lebih keras bila dipahat.
Ukiran Ulin tidak terlalu mementingkan tampilan motif serat kayu,
karena boleh dikatakan tidak bermotif serat seperti halnya Jati. Kayu
Ulin dipahat/di ukir pada saat kayu masih mengandung cukup air/ basah
agar lebih mudah memahatnya. Begitu kira2 seorang pemahat ulin yang
pernah bercerita kepada saya. Kerajinan mebel dan ukiran khas dayak
dari kayu ulin rata-rata berbentuk peti ulin, tameng khas dayak, kursi
tamu, bingkai cermin, tempat tidur. Bahkan kusen dan daun pintu
berukir. Kadang untuk menuntaskan 1 Peti ukiran ulin ukuran 2 X 1 X 0.5
mtr membutuhkan waktu ber-bulan2. itu termasuk menunggu kiriman bahan
baku dari pemasok. Hal ini yang menjadikan salah satu para penggemar
menjadi kian penasaran.
Salah
satu ciri yang membedakan antara ukiran jati dan Ulin adalah bahwa
papan ulin yang digunakan sebagai bahan dasar mempunyai ketebalan yang
lebih dari rata2 tebal papan jati untuk kebutuhan yang sama. Di tempat
bengkel ukiran yang saya temui, sebagian pengukir justru didatangkan
dari Jepara. Nah anda tertarik dengan ukiran dari Ulin, siapkan saja
kocek yang lumayan banyak untuk produk kayu yang sangat keras ini.
Biasanya barang2 yangg menggunakan bahan baku papann ulin ukuran lebar
tidak ready stock. Barang tsb. lebih banyak di buat berdasarkan
pesanan. Kalau anda memesan tempat tidur ukuran utama, harus dipikirkan
matang2 apabila akan di tempatkan di lantai II rumah anda. Hal ini
karena Bobot tempat tidur itu sendiri sudah cukup berat, walau
pemasangannya menggunakan system knock-down. Bila disandingkan dengan
Mebel Jati, jelas dari segi tampilan serat kayu, Jati lebih unggul.
Tapi kalau dari segi ciri khas, Ulin lebih exclusive karena
keterbatasaan bahan baku alamnya apalagi nanti berkembangan dengan di
kombinasikan perhiasan dari batu kecubung yang violet. Menurut para
pengerajin, ada sedikit kelemahan kayu ulin yang dibuat untuk mebel
atau benda seni / ukiran. Pada suatu saat, diantara kayu ulin itu itu
seperti merekah / retak. Untuk mengatasinya biasanya para bengkel /
toko mebel ulin bersedia membantu merepasasi kayu ulin yang merekah /
pecah. Sekali lagi, bila di banding dengan mebel yang dibuat dengan
bahan dasar kayu Jati, maka masing2 punya kelebihannya. Jati selain
keras juga menampilkan keindahan serat2 kayu yang alami. Ulin lebih
kepada kekerasan dan ke khas-an nya. Tidak terlihat serat kayunya,
hanya kayu / papan yang dipakai cenderung lebih tebal dan berwarna
coklat tua bahkan bila sudah lama akan hitam mengkilat.
sumber : http://muherda.blogspot.com/2012/02/anatomi-pohon-bulian-ulin-kayu-besi.html
Diameter batang mencapai 95 cm dengan tinggi pohon sampai dengan 36 m. Tumbuh pada ketinggian 600 m di atas permukaan laut. Biasanya tumbuh di daerah lereng perbukitan dengan tanah berpasir. Biasanya dipakai untuk konstruksi berat karena sifatnya yang kuat dan tahan lama. Tersebar di Kalimantan, Maluku, Sumatera dan Malaysia.
sumber : http://massurono.com/sains/10-tumbuhan-langka-dan-penjelasannya/
Ulin atau disebut juga dengan bulian atau kayu besi adalah pohon berkayu dan merupakan tanaman khas Kalimantan.[1] Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan.[2] Ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan. [1]
Morfologi
Ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm [3]. Pohon ini tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m.[3]
Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut
dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok
dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa.[4]Kayu Ulin juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat dan keras.[4] Pohon ulin agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin.[5] Di bagian bawah pohon ulin terdapat bagian yang berlobang.[5]
Pemuliaan
Proses pemuliaan alami di hutan bekas tebangan umumnya kurang berjalan dengan baik. Perkecambahan biji
Ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan dengan persentase
keberhasilan relatif rendah, produksi buah tiap pohon umumnya juga
sedikit. Penyebaran permudaan alam secara umum cenderung mengelompok. Ulin tumbuh di dataran rendah primer dan hutan sekunder
sampai dengan ketinggian 500m. Biji ulin lebih suka ditiriskan baik
tanah, tanah liat berpasir ke tanah liat, kadang-kadang batu kapur. Hal
ini umumnya ditemukan di sepanjang sungai dan bukit-bukit yang berdekatan. Hal ini membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 2500-4000 mm.
kantong semar
Kantong Semar Tanaman Karnivora
Kantong semar atau dalam bahasa latinnya Nepenthes sp (dalam bahasa Inggris disebut Tropical pitcher plant) adalah Genus tanaman yang termasuk dalam famili monotipik.
Tanaman yang terdiri atas sedikitnya 103 spesies ini mempunyai keunikan
karena hampir seluruhnya merupakan tanaman karnivora, pemakan daging.
Selain karnivora juga memiliki keunikan pada bentuk, ukuran, dan corak
warna kantongnya. Karenanya tidak sedikit orang yang memeliharanya.
Namun keberadaan Kantong semar
(Nepenthes) di habitat aslinya justru terancam kepunahan. Bahkan juni
2009 silam, LIPI mengumumkan beberapa spesies Kantong semar (untuk
menghindari perburuan, nama spesiesnya dirahasiakan) sebagai tanaman
paling langka di Indonesia.
Kantung Semar tumbuh tersebar mulai dari Australian bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian selatan. Selain itu Nepenthes sp
juga terdapat di Madagaskar, Kaledonia Baru, India dan Sri Lanka.
Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki ragam spesies
terbanyak. Sedikitnya terdapat 64 spesies Kantong semar di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, 32 jenis terdapat di Borneo (Indonesia, Malaysia,
Brunei Darussalam), 29 spesies terdapat di Pulau Sumatera, 10 jenis di
Pulau Sulawesi, 9 jenis di Papua, 4 jenis di Maluku dan 2 jenis di Jawa.
Di Indonesia,
sebutan Kantong semar berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Beberapa nama daerah untu Kantong semar antara lain (teman-teman dari
daerah lain bisa menambahkan):
- Periuk monyet (Riau)
- Kantong beruk (Jambi)
- Ketakung (Bangka)
- Sorok Raja Mantri (Jawa Barat)
- Ketupat Napu (Dayak Katingan)
- Telep Ujung (Dayak Bakumpai)
- Selo Bengongong (Dayak Tunjung)
Habitat dan Ciri Fisik Kantong Semar
Tumbuhan ini mampu hidup di hutan hujan
tropik dataran rendah, pegunungan, hutan gambut, hutan meranggas, gunung
kapur hingga padang savana. Tumbuhan sebagian besar hidup secara empifit,
yaitu menempel pada batang atau dahan pohon lain dengan panjang batang
mencapai hingga 20 meter. Sementara Kantong semar yang hidup di daerah
savana umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dengan panjang batang kurang dari 2 meter.
Pada umumnya, tumbuhan karnivora ini
memiliki sulur pada ujung daunnya. Sulur ini dapat termodofikasi
membentuk kantong yaitu alat perangkap yang digunakan untuk menangkap
memangsanya seperti serangga dan kodok. Kantong ini sendiri secara keseluruhan terdiri atas lima bentuk, yaitu tempayan, oval, silinder, corong dang pinggang.
Tumbuhan karnivora ini termasuk jenis
flora berumah dua. Artinya, tiap tanaman hanya memiliki satu jenis
kelamin bunga. Jadi untuk bisa menghasilkan keturunan, si Karnivora ini
musti melakukan perkawinan silang. Hal itulah yang menyebabkan banyak
terdapat species Nepenthes yang terlahir dari hasil persilangan alami. Kantong semar juga dapat berkembang biak secara vegetatif dengan menggunakan tunas.
Kantong Semar yang Karnivora

Bibir lubang kantung dilengkapi dengan
alat penipu. Organ itu berwarna merah serta mampu menebarkan aroma
manis. Warna bibir Kantong Semar yang merona serta beraroma manis itu
akan memikat dan membuat lengah calon mangsa. Binatang yang terpikat
akan tergelincir masuk ke dalam kantung antara yang licin. Cairan asam
(enzim proteolase) yang berada dalam kantung tengah lalu
mencerna tubuh mangsa itu. Tubuh mangsa naas itu kemudian diolah menjadi
garam Posphat dan nitrat yang kemudian diserap oleh kantong Semar.
Tidak semua jenis Kantong Semar memiliki
mangsa favorit yang sama. Semut adalah menu kesukaan bagi Nepenthes
mirabilis namun ada juga yang menyukai rayap seperti N. albomarginata.
Ada pula species katung semar yang “vegetarian” alias tak suka
menyantap daging tetapi melalap guguran dedaunan dari tumbuhan yang
berada di atasnya (Nepenthes ampullaria). Bahkan ada Kantung Semar yang menyukai kotoran burung (Nepenthes lowii).
Kantong Semar yang Semakin Langka
Kantong Semar termasuk tumbuhan yang
langka dan beberapa jenis (non hibrida) mendekati kepunahan. Dari 386
jenis fauna Indonesia yang terdaftar dalam kategori “terancam punah”
oleh IUCN, beberapa spesies Kantong semar berada di dalamnya. Bahkan
LIPI mengumumkan beberapa spesies Kantong semar (untuk menghindari
perburuan, nama spesiesnya dirahasiakan) sebagai tanaman paling langka
di Indonesia.
Karenanya tanaman ini dilindungi
berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Hayati dan Ekosistemnya. Juga peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Covention of International Trade in Endangered Species (CITES) mengategorikannya dalam Appendix-1 (2 spesies) dan Appendix-2.
Kelangkaan Kantong Semar (Nepenthes) antara lain disebabkan oleh pembukaan hutan, kebakaran hutan, dan eksploitasi untuk kepentingan bisnis. Yang terkadang membuat saya
miris, konon, lantaran kekurangpahaman tidak sedikit masyarakat yang
mengeksploitasi Kantong Semar untuk kepentingan bisnis dengan
mengambilnya di alam bebas kemudian menjualnya dengan harga mulai dari
25 ribu rupiah. Sebuah harga yang sangat tidak sebanding dengan
kelangkaan flora ini.
Jenis dan Gambar Kantong Semar.
Untuk mengenal jenis dan gambar kantong semar secara lengkap klik tautan berikut:
- Jenis dan Gambar kantong Semar Papua
- Jenis dan Gambar Kantong Semar Sulawesi
- Jenis dan Gambar Kantong Semar Kalimantan
- Jenis dan Gambar Kantong Semar Sumatera
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Caryophyllales; Famili: Nepenthaceae; Genus: Nepenthes; Spesies (antara lain) Nepenthes edwardsiana, N.
mirabilis, N. albomarginata, N. ampullaria, N. lowii, N. burbidgeae, N.
Lowii, N. Rajah, N. Villosa, N.Fusca, N.Sanguinea, N. alata, N. egmae,
N. khasiana, N. mirabilis, N. ventricosa, N. ampullaria, N. bicalcarata,
N. gracilis dan N. Maxima dan lain-lain.
tengkawang
Tengkawang
![]() |
Buah Tengkawang |
Pohon Tengkawang, ayo siapa yang pernah mendengarnya?. Tengkawang (Shorea spp.) adalah nama buah dan
pohon dari genus Shorea
yang buahnya menghasilkan minyak nabati. Pohon Tengkawang hanya terdapat di
pulau Kalimantan dan sebagian kecil Sumatera. Dalam bahasa Inggris, flora (tanaman)
langka ini dikenal sebagai Illepe Nut
atau Borneo Tallow Nut.
Pohon yang terdiri atas belasan spesies (13 diantaranya dilindungi dari
kepunahan) ini menjadi maskot (flora identitas) provinsi Kalimantan Barat.
Pohon
Tengkawang yang termasuk dalam golongan kayu kelas tiga (umumnya digolongkan
sebagai Meranti Merah) mempunyai ciri-ciri khas dengan pohon yang tinggi besar,
mempunyai banyak cabang dan berdaun rimbun. Uniknya tanaman ini tidak tiap
tahun berbuah. Tumbuhan ini hanya berbuah sekali dalam periode antara 3-7 tahun
yang terjadi sekitar bulan Juni – Agustus.
Mungkin lantaran masa berbuahnya yang tidak
setiap tahun inilah yang menyebabkan orang jarang yang membudidayakan
tumbuhan ini. Pohon Tengkawang yang menjadi maskot Kalimantan Barat ini hampir seluruhnya
hidup liar di hutan-hutan. Bahkan di hutanpun mulai terancam
kepunahan.
Buah
Tengkawang menghasilkan minyak lemak yang berharga tinggi. Minyak Tengkawang
dihasilkan dari biji Tengkawang yang telah dijemur hingga kering kemudian
ditumbuk dan diperas hingga keluar minyaknya.
Secara
tradisional, minyak Tengkawang digunakan untuk memasak, penyedap masakan dan
untuk ramuan obat-obatan. Dalam dunia industri, minyak tengkawang digunakan
sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika. Pada masa
lalu tengkawang juga dipakai dalam pembuatan lilin, sabun, margarin, pelumas
dan sebagainya. Minyak tengkawang juga dikenal sebagai green butter.
Ada belasan
jenis pohon Tengkawang, di antaranya:
- Shorea stenoptera, Tengkawang Tungkul
- Shorea mecystopteryx, Tengkawang Layar
- Shorea pinanga, Tengkawang Rambai
- Shorea semiris, Tengkawang Terendak
- Shorea beccariana, Tengkawang Tengkal
- Shorea micrantha, Tengkabang Bungkus
- Shorea palembanica, Tengkawang Majau
- Shorea lepidota, Tengkawang Gunung
- Shorea singkawang, Sengkawang Pinang
- Shorea stenopten,
- Shorea compressa
- Shorea gysberstiana,
- Shorea martiana,
13 (tiga
belas) spesies Tengkawang tersebut dilindungi dari kepunahan berdasarkan PP
Nomor 7 Tahun 1999. Selain ketiga belas jenis tersebut masih terdapat beberapa
spesies lain, diantaranya:
- Shorea amplexicaulis, Tengkawang Mege
- Shorea fallax , Tengkabang Layar
- Shorea havilandii, Selangan Batu Pinang, Tengkawang Ayer
- Shorea macrophylla, Tengkawang Hantelok
- Shorea scaberrima, Tengkawang Kijang
- Shorea splendida, Tengkawang Bani
- Shorea sumatrana, Kedawang, Tengkawang Batu
Akhir-akhir
ini pohon Tengkawan semakin langka karena banyak yang ditebang untuk
dipergunakan sebagai bahan bangunan. Selain itu kayu pohon ini banyak yang
dijual dengan harga antara Rp. 300.000 hingga Rp. 600.000 per meter
kubik. Mungkin lantaran periode berbuahnya yang lama, antara 3-7 tahun
sekali, meskipun minyak Tengkawang yang dihasilkan dati flora maskot Kalimantan
Barat ini mempunyai nilai jual yang tinggi.
anggrek kantung kolopaking
Anggrek Kantung Kolopaking (Paphiopedilum kolopakingii)
Anggrek atau Paphiopedilum kolopakingii
mengingatkan saya akan nama salah seorang seniman Novia Kolopaking yang
pernah tenar sebagai pemeran Siti Nurbaya. Saya tidak tahu ada hubungan
apa antara Novia Kolopaking yang istri Emha Ainun Najib ini dengan
bunga anggrek kantung kolopaking atau Paphiopedilum kolopakingii.
Yang pasti anggrek kantung kolopaking atau Paphiopedilum kolopakingii termasuk salah satu jenis anggrek langka yang indah yang juga merupakan tumbuhan endemik Kalimantan Tengah. Meskipun tidak termasuk dalam daftar merah IUCN tetapi tumbuhan langka ini justru termasuk dalam daftar CITES Apendiks I.
Nama latin tumbuhan ini adalah Paphiopedilum kolopakingii Fowlie yang bersinonim dengan Paphiopedilum topperi Braem & Mohr. Di Indonesia jenis anggrek langkaini mendapatkan nama anggrek kantung kolopaking.
Diskripsi dan Ciri. Anggrek kantung kolopaking (Paphiopedilum kolopakingii)
memiliki daun berwarna hijau tua, berbentuk pita dengan ujung membulat
dengan panjang antara 20-80 cm dan lebar antara 5-12 cm.
Perbungaan anggrek kantung kolopaking
mempunyai panjang 45-90 cm dengan 5-19 kuntum bunga. Tangkai perbungaan
berwarna hijau kekuningan. Bunganya berukuran 8-16 cm dengan kelopak
putih yang terdapat garis-garis coklat kemrahan atau coklat tua pada
uratnya.
Bunga anggrek Paphiopedilum kolopakingii
hidup di habitat yang berupa batuan berlumut di tepi tempat-tempat
berair pada daerah berketinggian antara 600-110 meter dpl. Persebarannya
hanya terbatas di darah Kalimantan Tengah.
Pada tahun 1994 anggrek kantung kolopaking pernah terdaftar dalam IUCN Redlist dalam status endangered.
Namun saat ini anggrek yang langka ini dievaluasi sebagai spesies yang
aman dari kepunahan. Meskipun demikian, CITES tetap memasukkan anggrek
bernama latin Paphiopedilum kolopakingiidalam daftar CITES
Apendiks I yang berarti kelestarian tumbuhan ini dianggap masih sangat
terancam sehingga tidak boleh diperdagangkan dalam bentuk apapun.
Kelestarian tumbuhan langka ini terancam oleh laju deforestasi hutan, kebakaran hutan, dan perburuan dan perdagangan ilegal. Sungguh amat disayangkan jika anggrek secantik ini akhirnya punah.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo: Asparagales; Famili:Orchidaceae; Genus: Paphiopedilum; Spesies: Paphiopedilum kolopakingii
berus mata buaya
Berus Mata Buaya (Bruguiera hainesii) Bakau Cantik Langka
Berus Mata Buaya atau Bruguiera hainesii
menjadi salah satu jenis tanaman bakau (mangrove) yang sangat langka
dan terancam kepunahan di dunia. Jenis pohon bakau yang mempunyai bunga
yang cantik dan indah ini oleh IUCN Redlist diberi status konservasi Critically Endangered (Kritis).
Bruguiera hainesii merupakan anggota family Rhizophoraceae.
Masyarakat Melayu umumnya mengenalnya sebagai Berus Mata Buaya atau
Bakau Mata Buaya. Sedangkan dalam bahasa Inggris di samping
penyebutannya menggunakan nama latin, tumbuhan ini acapkali disebut
sebagai Eye of the Crocodile atau Orange Mangroves.
Diskripsi Bakau Mata Buaya.
Pohon bakau jenis ini tumbuh cukup tinggi mencapai 30 meter. Batang
berdiameter hingga 70 cm. Kulit batang berwarna coklat hingga abu-abu,
dengan lentisel besar berwarna coklat-kekuningan dari pangkal hingga
puncak.
Daun berwarna hijau dengan bentuk elips
hingga bulat memanjang dengan ujung daun meruncing. Panjang daun
berkisar antara 9 – 16 cm dengan lebar antara 4 – 7 cm. Bunga tumbuh
pada ujung atau ketiak tangkai dengan mahkota berwarna putih dan
berukuran panjang antara 7 – 9 mm. Bunga Bruguiera hainesii
berambut pada tepi bawah dan agak berambut pada bagian atas cuping.
Kelopak Bunga berwarna hijau pucat. Buah hipokotil dengan bentuk cerutu
atau agak melengkung dan menebal menuju bagian ujung. Ukuran panjang
hipokotil sekitar 9 cm dengan diameter 1 cm.
Umumnya bakau mata buaya tumbuh di tepi hutan mangrove. Pada daerah yang relatif kering dan hanya tergenang air laut beberapa jam sehari saja pada saat terjadi pasang tertinggi. Tumbuhan dengan nama latin Bruguiera hainesii ini tumbuh tersebar mulai dari Indonesia, Singapura, Malaysia, hingga ke Papua Nugini.
Belum ada penelitian yang mengungkap secara detail baik persebaran maupun populasi flora
ini di wilayah pesisir Indonesia. Namun secara global, IUCN Redlist
menganggapnya sebagai salah satu tumbuhan yang sangat terancam kepunahan
akibat semakin rusaknya daerah pesisir pantai terutama oleh aktivitas manusia. Karena itu kemudian IUCN Redlist mendaftar flora ini dalam status Critically Endangered atau Kritis (Sangat Terancam Punah).
Pemanfaatan jenis mangrove ini bagi
manusia secara langsung belum banyak yang terungkap. Tentunya di samping
sebagai salah satu komponen hutan mangrove dan kaitannya dalam
ekosistem. Padahal Si Berus Mata Buaya bunga yang indah ini semakin hari
semakin langka dan terancam punah.
Klasifikasi Ilmiah: Kingdom: Plantae. Phylum: Tracheophyta. Class: Magnoliopsida. Order: Rhizophorales. Family: Rhizaphoraceae. Genus: Bruguiera. Spesies: Bruguiera hainesii
cendana
Cendana
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Cendana | |
---|---|
![]() |
|
Cendana Santalum album dari Köhler | |
Status konservasi | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kingdom: | Plantae |
Divisi: | Magnoliophyta |
Kelas: | Magnoliopsida |
Ordo: | Santalales |
Famili: | Santalaceae |
Genus: | Santalum |
Spesies: | S. album |
Nama binomial | |
Santalum album L. |
Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.[2]
Kayu cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Kayu yang berasal dari daerah Mysoram di India selatan biasanya dianggap yang paling bagus kualitasnya. Di Indonesia, kayu cendana dari Timor juga sangat dihargai. Sebagai gantinya sejumlah pakar aromaterapi dan parfum menggunakan kayu cendana jenggi (Santalum spicatum). Kedua jenis kayu ini berbeda konsentrasi bahan kimia yang dikandungnya, dan oleh karena itu kadar harumnya pun berbeda.
Kayu cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cemas.
Arti lain
Ditinjau dari bahasa Belanda (sandelhout) dan bahasa Inggrisnya (sandalwood), kayu cendana diyakini berasal dari NTT khususnya Pulau Sumba. Hal ini dapat dilihat dari julukan Pulau Sumba, Sandalwood Island. Julukan ini dibawa turun temurun dari zaman penjajahan Jepang dan Belanda hingga sekarang.
ENAU
ENAU
Pemerian
Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya.
Berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun; panjang tongkol hingga 2,5 m. Buah buni bentuk bulat peluru, dengan diameter sekitar 4 cm, beruang tiga dan berbiji tiga,[2] tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena getahnya sangat gatal.
Kegunaan
Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.Nira dan gula
Tongkol bunga jantan (kanan) dan yang disadap niranya (sebelah kiri)
Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore.
Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula gandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai gula semut.
Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa difermentasi menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit.
Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan begitu saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi cuka. Cuka dari aren ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik.
Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti.[1]
Kolang-kaling
Buah aren dan kolang-kaling
Kolang-kaling disukai sebagai campuran es, manisan atau dimasak sebagai kolak. Teristimewa sebagai hidangan berbuka puasa di bulan Ramadhan.
Produk lain
Sebagaimana nipah dan rumbia, daun pohon enau juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup (janur) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai daun kawung. Lembar-lembar daunnya di Jawa Barat biasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun ini pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang anyaman sederhana dan sapu lidi.Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing dan senar gitar Batak.
Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran air.
Dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau cambuk.[1]
Ekologi dan penyebaran
Pohon enau mudah tumbuh. Memiliki asal usul dari wilayah Asia tropis, enau diketahui menyebar alami mulai dari India timur di sebelah barat, hingga sejauh Malaysia, Indonesia, dan Filipina di sebelah timur. Di Indonesia, enau tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 m dpl..[2] Biasanya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai.Meskipun getahnya amat gatal, buah enau yang masak banyak disukai hewan. Musang luwak diketahui sebagai salah satu hewan yang menyukai buah enau ini, dan secara tidak langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji enau. Di Bangka, pada masa lalu orang-orang Tionghoa memasang perangkap di bawah pohon enau yang tengah berbuah, untuk menangkap rombongan babi hutan yang berpesta buah enau yang berjatuhan.[1]
Perbanyakan
Enau atau aren dapat dikembang biakkan secara generatif yaitu melalui bijinya. Agar diperoleh keturunan yang baik, benih sebaiknya diambil dari pohon induk yang memiliki kriteria sebagai berikut :- Batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun. Sampai saat ini dikenal dua macam tanaman aren yaitu Aren Genjah yang memiliki batang agak kecil dan pendek dengan produksi nira antara 10–15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam yang memiliki batang besar dan tinggi dengan produksi nira 20–30 liter/tandan/hari. Untuk kepentingan produksi nira dan turunannya, dianjurkan untuk menggunakan varietas Dalam sebagai pohon induknya.
- Pohon terpilih harus memiliki produktivitas yang tinggi. Perlu diketahui bahwa tidak semua pohon aren dan tidak semua mayang (tandan bunga) jantan yang keluar (9 – 11 mayang) menghasilkan nira. Hal ini sangat dipengaruh oleh proses fisiologi tanaman. Calon pohon induk perlu diperiksa produktivitasnya dengan menyadap nira dari mayang jantan pertama atau kedua; jika hasilnya banyak maka pohon itu pantas dijadikan pohon induk. Kemudian pohon induk ini tidak lagi disadap niranya, agar kualitas benih yang dihasilkan tetap baik.
1. Pengumpulan buah
- Buah yang digunakan sebagai sumber benih harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak di bagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit.
- Pengambilan biji dari dalam buah aren harus menggunakan sarung tangan karena buah aren mengandung asam oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah menjadi busuk sehingga biji terpisah dengan sendirinya dari daging buah. Dengan cara ini, biji dapat diambil dengan mudah dan kulit buah aren tidak gatal lagi.
Anakan (semai) pohon aren
- Benih disemaikan dalam tempat persemaian dengan media campuran pasir dan serbuk gergaji dengan perbandingan 2:1. Untuk mempercepat perkecambahan, tempurung biji dapat digosok dengan kertas pasir (ampelas) di bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap hari untuk mempertahankan kelembaban yang tinggi sekitar 80%.
- Semai aren yaitu setelah terbentuk apokol yang telah mencapai panjang 3 – 5 cm dipindahkan ke tempat pembibitan atau ke dalam kantong plastik (polibag) yang berdiameter 25 cm, yang telah diisi ¾ bagiannya dengan tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2. Bibit-bibit yang telah dipindahkan ini memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan (ditanam) ke lapangan setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk.
bunga anggrek hitam
Bunga anggrek hitam
Anggrek hitam coelogyne pandurata
Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) adalah
spesies anggrek yang hanya tumbuh di pulau Kalimantan. Anggrek hitam
adalah maskot flora propinsi Kalimantan Timur. Saat ini, habitat asli
anggrek hitam mengalami penurunan jumlah yang cukup besar karena semakin
menyusutnya luas hutan di Kalimantan namun masih bisa ditemukan di
cagar alam Kersik Luway dalam jumlah yang sedikit. Diperkirakan jumlah
yang lebih banyak berada di tangan para kolektor anggrek.
Dinamakan anggrek hitam karena anggrek ini memiliki lidah (labellum)
berwarna hitam dengan sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu.
Sepal dan petal berwarna hijau muda. Bunganya cukup harum semerbak dan
biasa mekar pada bulan Maret hingga Juni.
Anggrek hitam termasuk dalam anggrek golongan simpodial dengan bentuk
bulb membengkak pada bagian bawah dan daun terjulur di atasnya. Setiap
bulb hanya memiliki dua lembar daun saja. Daunnya sendiri sekilas mirip
seperti daun pada tunas kelapa muda.
Langganan:
Postingan (Atom)